Minggu, 16 Februari 2014 14:29 WIB
Balap Nasional
Drag Bike Tegal, Contoh Penyelenggaraan Event Drag Dengan Manajemen Waktu Bagus
Penulis : Jack
Foto : Jack
Regulasi baru balapan
lurus untuk tahun ini mulai diterapkan di gelaran King Of Battle
Competition Mizzle Hydra Dragbike (KBCMHD) 2014. KBCMHD yang berlangsung
di jalan lingkar utara kota Tegal, Minggu lalu (9/2). Aturan ini
menyangkut jumlah kelas yang dilombakan dan maksimal pembalap
menggunakan motor dalam satu kelas.
Aplikasi regulasi baru membuat gelaran
yang digawangi So-Tech Sport Club (SSC) dengan jumlah starter sampai
500-an bisa selesai tepat waktu. Ini jadi catatan. Dengan manajemen
waktu yang baik, drag bike bisa teratur dan selesai tepat waktu.
Yang jadi kunci utama, regulasi pembatasan
jumlah kelas. “Seperti ini seharusnya pelaksanaan drag bike. Jangan
sampai molor sampai malam hari karena akan banyak pihak yang dirugikan,”
beber Eko Sulistyo, joki balapan lurus nasional asal Semarang.
Dengan penyelenggaraan selesai batas
waktu, secara enggak langsung memperhatikan hak pengguna jalan. Kan,
balapan lurus sering menggunakan trek jalan raya. Kalau selesai sampai
malam hari karena molor, akan mengganggu kenyamanan warga sekitar.
Mengenai jumlah pembalap yang diizinkan
pakai satu motor dalam satu kelas, Eko berpendapat lain. “Tiga pembalap
yang bisa join untuk satu motor masih terlalu banyak. Paling pas
maksimal dua pembalap,”tambahnya.
Pertimbangan Eko jika motor yang dipakai
lebih dari dua pembalap papan atas memungkinkan juaranya hanya akan
itu-itu saa. Efeknya enggak adil karena enggak memberikan kesempatan
kepada joki lain.
Tambahan lagi, sudah seharusnya diatur
juga pengelompokan joki berdasarkan pengalaman dan prestasi. “Pembalap
kita rata-rata masih pemula. Masih butuh jam terbang dan kemenangan
untuk menaikkan kepercayaan dirinya,” beber Koko, juru korek Harlan
Motor, Salatiga.
Jika dragster pemula langsung bersaing
dengan para senior ditakutkan nantinya mental mereka akan kalah dahulu
sebelum bertanding.
“Setidaknya ini sudah jadi kemajuan. Kita
akan selalu berusaha untuk memperbaiki penyelenggaraannya,”tutup Rifki
“Toyip” Arifianto, penyelenggara KBCMHD dari SSC.
Minggu, 02 Februari 2014 15:51 WIB
Drag Bike
Drag Bike Mojoagung, Kelas Lokal Wajib Dibuka Untuk Penjenjangan
Penulis : Candra
Foto : Candra
Kelas lokal di balapan
lurus jadi tempatnya joki balapan liar berkumpul. Tapi, saat turun di
balapan resmi pebali wajib ikut aturan. Inilah yang ada di seri I JAC
Drag Bike Championship (JDBC) 2014 yang berlangsung di jalan by pass
Mojoagung, Jawa Timur, Minggu lalu (26/1).
Faktanya total dari 451 starter di JDBC
diisi 116 starter dragster lokal asal Jombang dan sekitarnya berasal
dari joki balapan lurus.
“Memang, kelas lokal ditargetkan untuk
menampung pembalap lokal dan untuk mengurangi balap liar di jalanan.
Juga, mungkin saja akan lahir lokal hero yang asalnya dari joki balap
liar di tiap daerah,” bilang M. Taufik, Pimpinan Lomba JDBC.
Kelas lokal disambut senang Soni Hadi
Wijaya, joki asal Jombang. “Harapan bisa naik podium sangat besar di
kelas lokal. Kalau sudah sering juara di kelas lokal baru bisa main di
kelas bergengsi,” cerita pembalap tim dragster Tebu Manis AE yang sudah
fokus di balap .
Memang, kelas lokal diposisikan sebagai
kelas pendukung. Tapi, untuk menuju kelas non lokal tiap pembalap wajib
ikut di kelas lokal untuk mengasah skill.
“Adanya kelas lokal bisa menambah jam
terbang. Jika prestasi kita di kelas lokal sudah bagus bisa dipakai
untuk menawarkan diri ke tim besar,” tambah Muhammad Ubet, dragster
Jombang yang resmi ikut tim Ramajaya Sidoarjo.
Selain itu, kelas lokal jadi ajang pembibitan pembalap. Artinya, balapan di manapun sebagusnya membuka kelas ini.
“Jawa timur banyak pembalap muda. Kalau
nggak ada kelas lokal, kita nggak bakal tahu joki daerah mana yang punya
skill bagus,” jelas Yoga Sogol, dragster gacoan tim P5Boer Bowni asal
Jombang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar